Sahabat Juara,

Kepada siapa kita mempercayakan masa depan selain kepada generasi muda? Sepakat, kan? Pertanyaannya kemudian, generasi muda seperti apa yang kita harapkan hadir sebagai pemimpin di masa yang akan datang? Dan, apa yang sebaiknya dilakukan untuk menyiapkan generasi muda sebagai pemimpin?

Ketika dua hari lalu saya mendapat undangan untuk menjadi pembicara seminar “Strategi Jadi Remaja Tangguh”, saya sungguh-sungguh memikirkan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Termasuk, saya juga memikirkan apa yang ada dalam benak generasi muda sekarang tentang kepemimpinan.
Dasar pertanyaan saya itu jelas. Ada beda tajam pola kepemimpinan sekarang dengan pola kepemimpinan masa depan di era mereka. Sekarang kita masih dipimpin oleh generasi X, yakni generasi peralihan dari tradisi analog menuju digital. Sedangkan generasi muda sekarang masuk kategori generasi Y dan Z, yakni generasi yang sudah sepenuhnya hidup dalam tradisi digital.
Sorotan saya langsung ke generasi Y dan Z. Sebagai generasi yang lahir di dunia yang sudah digital, mereka tumbuh dalam tradisi yang sama sekali beda dengan generasi sebelumnya. Mereka lahir di tengah pusaran informasi yang begitu deras. Mereka lahir ketika internet sudah sedemikian maju. Bahkan, mereka lahir langsung menjadi bagian dari masyarakat media sosial.

Dalam hal kepemimpinan, generasi Y dan Z tumbuh dalam tradisi demokrasi yang egaliter. Mereka bertumbuh dalam komunitas. Tidak ada pemimpin yang menonjol di antara mereka. Mereka bergantian menjadi pemimpin. By project. Setiap orang memiliki keahlian yang spesifik sehingga berkesempatan memimpin orang lain. Penghormatan mereka bukan kepada sosok, melainkan kepada kompetensi. Dan itu dinamis. Begitu kompetensi itu tak lagi diperbarui oleh si pemiliknya maka penghormatan mereka pun luntur.

Maka, dalam konteks kepemimpinan, peningkatan kompetensi adalah keniscayaan. Generasi muda yang tangguh adalah generasi muda yang kompeten di bidang yang ia minati. Mereka tidak boleh hanya pintar secara akademik. Mereka harus berinisiatif untuk membekali diri dengan keterampilan dan keahlian yang menjadikan mereka unggul dari yang lain.

Berikutnya, ciri menonjol kepemimpinan di era digital ini adalah perubahan arah. Dulu, murid datang kepada guru. Kini, guru datang kepada murid. Datang ini pun tak lagi bisa diartikan sepenuhnya sebagai mengajar. Guru di era digital adalah juga sekaligus murid yang belajar. Sebab, di era digital sekarang tidak jelas lagi batasan mana murid dan mana guru. Keduanya bisa bertukar dalam waktu bersamaan.

Bagi saya, khusus dalam hal ini, yang perlu dipersiapkan adalah sikap generasi X terhadap generasi Y dan Z. Mereka tidak boleh lagi bersikap laksana bos yang semua perkataannya harus dituruti. Mereka juga tidak bisa lagi pasif menunggu didatangi anggotanya. Mereka harus siap diperlakukan setara oleh generasi Y dan Z. Di sisi sebaliknya, generasi Y dan Z juga sebaiknya didampingi dan diberi pengertian bahwa di fase peralihan seperti sekarang mereka sebaiknya tetap menaruh hormat generasi yang lebih tua. Tiada lain, ini dimaksudkan supaya peralihan kepemimpinan berlangsung mulus.
Terakhir, ciri menonjol dari generasi Y dan Z adalah tingginya semangat berbagi. Tombol “share” sangat mereka akrabi lewat media sosial. Atas informasi berharga yang mereka temukan, tak segan mereka membagikan kepada temannya. Keterbukaan informasi menjadi nafas mereka. Tidak ada ilmu yang perlu ditutup-tutupi.

Maka, kepemimpinan yang didambakan generasi Y dan Z adalah kepemimpinan yang terbuka. Delegasikan secara terbuka. Apresiasi secara terbuka. Promosi juga terbuka. Itu model kepemimpinan yang didambakan generasi muda, pemimpin kita di masa yang akan datang.

Update :

Putera Lengkong akan hadir di Kota Medan dalam Seminar

Leadership Movement 2018
“Success Strategy in Leading Generation X Y Z”

Speaker: Putera Lengkong, MBA

Jadwal: 20 January 2018 / 14:00-17:30

Venue: Uniland Building

Informasi dan Pendaftaran:
www.KlikSeminar.com/LeadershipMovement2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Training di Medan